Oleh : Guntenda Halilintar
Demokrasi neoliberalisme mencengkeram mabar
Luas wilayah daerah ini jutaan hektar
Namun lebih dari setengah di kuasai investor
Hingga rakyat teledor-teledor
Pulau-pulau menjulang tinggi
Sudah tak bisa di pungkiri
Rakyat hampir tak menikmati
Apakah kita terus berdiam diri...?
Pernahkah kita menyadari...?
Bahwa semuanya telah dikuasai asing
Tengok saja, wilayah utara sampai selatan
Telah dikuasai asing
Untung masih ada Jepang
Mengubah air laut menjadi air tawar
Ah...jangan bilang air laut akan dijual ke Jepang
Untung kita masih ada Komnasham
Yang memberi penghargaan
Meskipun banyak persoalan sosial yang memicu konflik horisontal
Kalau mau disebut satu-persatu
Ketergantungan kita terhadap investor asing
Tentu akan panjang daftarnya
Memang begitulah realitasnya
Coba buat sensus ekonomi
Star dari tempat penjual ikan (TPI )
Sampai hotel matahari
Travel agen asing sudah menguasai
Dan itulah realitasnya
Oh...ini sangat memalukan
Hampir kehilangan moralnya
Apakah kita tak mengelus dada...?
Didaerah ku ini, terbentang luas samudra
Hamparan pemandangan alam penyejuk jiwa
Apalagi budayanya
Semenjak investor asing mulai merangkak dan menginjakkan kakinya di daerah ku
Aku mulai tergesa-gesa
Setan-setan berwajah malaikat
Bergentayangan dimana-mana
Sampai jatuh cinta dengan wakil rakyat ku
Lalu selingkuh dengan saudara-saudara ku
Mulai dari politisi, advokat, seniman abal-abal dan juga aktivis
Memberi sesendok nasi yang dijujukan ke mulut mereka
Si anjing kurus Kerempeng
Kini telah berubah gembul
Saking nikmatnya hasil alam daerah ku
Tawa ria saudara-saudara ku
Penikmat keringat dan sesuap nasi
Dari sendok Intan berlian
Berlukiskan emas dari tangan investor asing
Sementara tangisan bayi di tengah malam, lantaran sang ibu
Tak lagi mampu membelikan susu
Itupun tak mengusik pendengarannya
Ah...Sang Raja
Tak terbangunkan dari tidurnya
Yang beralaskan tumpukan Dolar
Jakarta, 15 Januari 2018
MejaBundar Marga III
Posting Komentar