Oleh : Guntenda Halilintar
Foto : by google |
Aku semakin bingung
Tanah ku berlukiskan wajah asing
Gunung-gunung menjulang
Bertumbuhkan rambut pirang
Wajah-wajah leluhur akan semakin usang
Bukan lagi sejengkal asing menguasai
Seribu jengkal mereka kuasai
Pertumbuhan plang-plang hampir menjamur
Mulai dari alam kul-kul
Sampai aku melihat plang tanah milik VL
Bung iwan fals, dalam syair lagunya “Bento”
Kali ini aku beda “Benti”
Tidak hanya asing
Konglomerat sudah mulai merangkat
Tuan-tuan dan maha raja, yang katanya wakil rakyat
Juga ambil keuntungan
Tanah ku berlukiskan wajah asing
Mereka merambah sampai ke utara
Ah...disanapun aku melihat wajah mereka
Terlihat jelas oleh mata ku
Mulai dari investor asing
Juga di ikuti oleh
Sang raja
Anggota DPR
Politisi
Aktivis
Bahkan ada wajah Wartawan
Wajah mereka bertengger disetiap gunung
Mulai dari TPI, Binongko, Wae Rana, Wae Cecu, Batu Gosok, Seraya Kecil, Kelumpang, Menjerite, Torong Boleng sampai kampung Nampar
Entahlah...
Aku seolah dipacu oleh kata-kata Che Guevara
Seolah tertanam dalam pikiran ku
Mengalir bersama darah ku
“jika anda bergetar dengan geram setiap melihat ketidak adilan, maka anda adalah kawan ku”
Selama setan-setan berwajah malaikat itu bergentayangan
Maka akupun ada untuk mengusik keberadaan mereka
Sampai enyah dalam daerah ku dan pikiran ku
Sang maha raja
Belum terbangunkan dari tidurnya
Dalam mimpinya ia membuat perubahan besar
Ah...apakah dia tak tahu
Wilayahnya berlukiskan wajah asing
Wahai sang maha raja
Engkau, bukanlah nahkoda yang handal
Yang kau taburkan pada rakyat mu
Hanyalah kebencian
Bukan harta dan jabatan yang membuatku tunduk dan sujut pada mu
Melainkan, kerendahan hati dan kaya budi
Yang membuat ku bersedia berlutut dan hormat di hadapan mu
Jakarta, 17 Januari 2018
Posting Komentar