Oleh : Guntenda Halilintar
foto : by google |
Teriris hati ku
Melihat bentuk penjajahan gaya baru
Kini sedang menimpa daerah ku
Kaum penghisap dan penindas bersatu
Kaum tani hanya meratapi
Menderita kehilangan tanah garapan
Dirampas kaum penjajah gadungan
Kaum tani diterlantar oleh segerombolan banyak uang
Akankah dijadikan budak?
Sekarang baru kami sadar
Mereka yang hijrah kekota-kota besar, menjadi pengkhianat atas saudara-saudaranya
Hanya bertitel sarjana
Menjadi penguasa dan penindas didaerahnya
Bergaya ala advokat
Namun hatinya penuh kezaliman
Oh dewa maha adil
Aku mengutuk mereka yang menjadikan saudaranya budak
Wahai kaum tani
Teruslah berjuang
Walaupun rintangan menghadang
Pertaruhkan nyawamu untuk melawan penindasan
Jangan mau berkompromi dengan kau penghisap dan penindas
Wahai kaum tani
Janganlah berharap belas kasihan dari sang tuan
Dia tak punya rasa belas kasihan padamu
Dia menginginkan bahwa kau terus dijajah
Maka lantangkan suara mu
Katakan tolak pemberontakan
Sang tuan sedang merancangkan ekonomi kapitalisme
Lihatlah tanah-tanah mu
Satu-persatu mulai di kuasai
Oleh setan-setan berbaju partai
Yang kerjanya hanya mengklaim dan mencuri
Lihatlah tanah-tanah mu
Dari selat sape awon wae mokel
Telah dikuasai bandit-bandit kota itu
Mereka berpura-pura menjadi dewa penyelamat bagimu
Lihatlah, mereka menjadi benalu di tanah mu
Apabila mereka diserahkan pada hakim-hakim itu
Mereka akan mendengar perkataan hakim yang sungguh menyenangkan
Sambil berpesta pora dengan bandit pengangguran banyak acara itu
Wahai kaum penghisap dan penindas
Lewat sajak ini, aku mengatakan perkara-perkara yang dalam
Karena sajak ku mengatakan hal kebenaran Kefasikan adalah kekejian bagi sajak ku
Lewat sajak ini aku menuntut keadilan
Jakarta, 5 Februari 2018
PMKRI Jaktim
Cat; Sajak ini, sebelumnya penulis sudah menerbitkan lewat media akun facebook milik penulis sendiri. diterbitkan pada tanggal 5 februari.
Facebook : Gun Tenda Halilintar
Posting Komentar