Rabu, 04 April 2018

Puisi Esai "PEMULUNG"



Images Istimewa
Oleh: Guntenda halilintar 
/1/                                                                                               
Melintasi persimpangan rel kereta
Aku melihat tumpukan sampah, disebelah pojokan pasar pramuka
Seorang nenek tua renta, bahkan sangat renta
Ditemani oleh seroang gadis belia
Sedang memungut  sampah botol plastik
Aku tertegun melihat nenek tua renta itu
Sebab diusianya yang menuju usia senja
Nenek tua renta itu begitu semangat, dan bahkan tak perdulikan kucuran keringat yang mengalir deras pada wajahnya

/2/
Tersontak rasa simpatik bahkan rasa empatik yang begitu dalam, ketika melihatnya
Dengan sadar, perlahan kakiku melangkah mengahampirinya
Aku ingiun mengenalinya lebih dalam
Aku menatap wajahnya penuh kedamaian, ketenangan, hanya sedikit rasa resah dan gelisah
Yang mungkin, malam nanti, tak cukup dapat uang untuk membeli makanan
Karena botol plastik yang dia kumpulkan dalam karung yang ia pikul dari subuh hinga siang itu
Belum cukup banyak untuk dijualkan

/3/
Sementara gadis belia itu, tidak tinggal diam, ia juga membantu nenek tua renta itu
Tanpa ia perdulikan suara kebisingan ibu kota
Bahkan ia hampir tak perdulikan dengan bau sampah yang begitu menyengat kehidungnya
Dengan debu yang mengotri bajunya
Ia tak tampak seperti gadis belia lainnya
Ia seorang gadis belia yang cantik nan rupawan itu
Wajahnya begitu anggun, bak seperti jelmaan bidadari
Aku menatap wajahnya yang penuh karismatik
Dibola matanya, menyimpan sejuta keinginan luhur
Ya, bagaimana tidak, diusia yang terbilang masih belia
Ia, seharusnya duduk dibangku sekolah
Bermain bersama teman-teman, hingga bersenda gurau bersama seusianya

/4/
Ditengah hingar-bingar ibu kota
Si nenek tua renta dan gadis belia
Tak pantang menyerah untuk mencari nafkah
Lewat pungutan-pungutan sampah
Meskipun kata lelah, lesu dan letih sudah sering dirasakan
Namun,  mau kemana lagi, ini memang pekerjaan mereka
Bagi kita memang tidak bisa untuk melakukan pekerjaan ini, mungkin juga saya!
Namun bagi mereka tak ada kata yang tidak bisa, bahkan mereka menguburkan kata tidak bisa itu kedalam relung hatinya
Itu seolah doktrin nenek tua renta terhadap seorang gadis belia yang tak berdosa itu
Segala sesuatunya pasti bisa dikerjakan
Demi keberlansungan hidup
Mereka berdampingan untuk berjuang bersama
Bergandengan tangan untuk menuju
Dari satu tempat ke tempat tumpukan sampah
Melawan rintangan yang ada di depan mata
Dibawah panasnya trik matahari, mereka menyusuri setiap lorong-lorong penuh dengan pengharapan
Debu bukanlah penghalang bagi mereka
Bahkan gadis belia yang tak tau apa-apa tentang arti kehidupan, menjadikan debu sebagai teman ysng mengotori sekujur tubuhnya yang mungil
Bau menyengat sampah dijalanan, dilorong-lorong perkotaan menjadi kawanan mereka

/5/
Ah...para pengunjung pasar pramuka itu
Sedang asik dengan aktivitasnya masing-masing
Tak ada satupun yang perduli dengan nenek tua renta serta gadis belia itu
Dimanakah rasa jiwa kemanusiaan kita?
Rasa simpatik dan empatik untuk peduli sesama
Tidakkah kalian membuka mata
Dibalik keterbatasan hidup mereka menyimpan sejuta keinginan luhur
Ah…percuma saja aku berteriak, toh mereka tak akan menghiraukan si nenek tua renta dan gadis belia itu
Sekeras apapun suara saya tetap saja mereka tak mendengarnya, karena ditutup oleh suara kebisingan keramaian ibu kota

/6/
Kita memang dilahirkan dengan takdir yang berbeda
Ada yang dikandung dengan kelaliman dan melahirkan dusta
Hinga menjadi tuan penguasa
Ada yang ditakdirkan untuk menjadi penghisap dan penindas
Terhadap kau-kaum yang lemah
Ada pula yang ditakdirkan menjadi rakyat jelata yang penuh bersahaja

/7/
Hidup dijakarta memang penuh perjuangan
Karena kita ditimpa oleh kepentingan-kepentingan para penguasa
Kita diinjak dan dihina, bahkan sampai dikucilkan
Hingga kau tak punya kawan sebaya untuk diajak bicara
Begitu kejamnya ibu kota jakarta
Belum lagi kita bicara soal ekonomi
Mungkin kau akan dipandang sebelah mata.
Karena hidup di jakarta, kau dipandang ketika memiliki rumah mewah dan mobil mewah serta hal yang paling rendah, ketika kau memakai kalung emas yang menghiasi leher mu yang penuh keriput dan kusam

/8/
Wahai, engkau seorang pemulung
Dengarlah, dibalik hati kecil mu dan membayangkan betapa perihnya hidup mu
Engkau adalah pahlawan
Meskipun engkau sering di kucilkan
Jangan kau perdulikan!
Hidup mu lebih istimewa dan sempurna
Kerimbang mereka yang hidup tukang korupsi, mereka yang penghisap dan penindas
Janganlah kau kucilkan dirimu dihadapan mereka
Sebab, sampah yang terbuang dan terabaikan bisa kau sulap menjadi uang
Ketimbang mereka yang hanya menjadikan dirinya sampah masyarakat


Istana Kepresidenan, 29 Maret 2018

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search