Images Istimewa |
Oleh: Guntenda halilintar
/1/
Melintasi persimpangan
rel kereta
Aku melihat tumpukan
sampah, disebelah pojokan pasar pramuka
Seorang nenek tua
renta, bahkan sangat renta
Ditemani oleh seroang
gadis belia
Sedang memungut sampah botol plastik
Aku tertegun melihat
nenek tua renta itu
Sebab diusianya yang menuju
usia senja
Nenek tua renta itu
begitu semangat, dan bahkan tak perdulikan kucuran keringat yang mengalir deras
pada wajahnya
/2/
Tersontak rasa simpatik
bahkan rasa empatik yang begitu dalam, ketika melihatnya
Dengan sadar, perlahan
kakiku melangkah mengahampirinya
Aku ingiun mengenalinya
lebih dalam
Aku menatap wajahnya
penuh kedamaian, ketenangan, hanya sedikit rasa resah dan gelisah
Yang mungkin, malam
nanti, tak cukup dapat uang untuk membeli makanan
Karena botol plastik yang dia kumpulkan dalam karung yang ia pikul dari
subuh hinga siang itu
Belum cukup banyak untuk
dijualkan
/3/
Sementara gadis belia
itu, tidak tinggal diam, ia juga membantu nenek tua renta itu
Tanpa ia perdulikan
suara kebisingan ibu kota
Bahkan ia hampir tak
perdulikan dengan bau sampah yang begitu menyengat kehidungnya
Dengan debu yang mengotri bajunya
Ia tak tampak seperti
gadis belia lainnya
Ia seorang gadis belia yang cantik nan rupawan itu
Wajahnya begitu anggun,
bak seperti jelmaan bidadari
Aku menatap wajahnya yang
penuh karismatik
Dibola matanya,
menyimpan sejuta keinginan luhur
Ya, bagaimana tidak,
diusia yang terbilang masih belia
Ia, seharusnya duduk
dibangku sekolah
Bermain bersama
teman-teman, hingga bersenda gurau bersama seusianya
/4/
Ditengah hingar-bingar
ibu kota
Si nenek tua renta dan
gadis belia
Tak pantang menyerah
untuk mencari nafkah
Lewat pungutan-pungutan
sampah
Meskipun kata lelah, lesu dan letih sudah sering dirasakan
Namun, mau kemana
lagi, ini memang pekerjaan mereka
Bagi kita memang tidak
bisa untuk melakukan pekerjaan ini, mungkin juga saya!
Namun bagi mereka tak
ada kata yang tidak bisa, bahkan mereka menguburkan kata tidak bisa itu kedalam relung hatinya
Itu seolah doktrin nenek tua renta terhadap seorang gadis belia yang tak
berdosa itu
Segala sesuatunya pasti
bisa dikerjakan
Demi keberlansungan
hidup
Mereka berdampingan
untuk berjuang bersama
Bergandengan tangan
untuk menuju
Dari satu tempat ke
tempat tumpukan sampah
Melawan rintangan yang ada di depan mata
Dibawah panasnya trik matahari, mereka menyusuri setiap lorong-lorong
penuh dengan pengharapan
Debu bukanlah penghalang bagi mereka
Bahkan gadis belia yang tak tau apa-apa tentang arti kehidupan,
menjadikan debu sebagai teman ysng mengotori sekujur tubuhnya yang mungil
Bau menyengat sampah dijalanan, dilorong-lorong perkotaan menjadi
kawanan mereka
/5/
Ah...para pengunjung
pasar pramuka itu
Sedang asik dengan aktivitasnya masing-masing
Tak ada satupun yang
perduli dengan nenek tua renta serta gadis belia itu
Dimanakah rasa jiwa
kemanusiaan kita?
Rasa simpatik dan
empatik untuk peduli sesama
Tidakkah kalian membuka mata
Dibalik keterbatasan hidup mereka menyimpan sejuta keinginan luhur
Ah…percuma saja aku berteriak, toh mereka tak akan menghiraukan si nenek
tua renta dan gadis belia itu
Sekeras apapun suara saya tetap saja mereka tak mendengarnya, karena
ditutup oleh suara kebisingan keramaian ibu kota
/6/
Kita memang dilahirkan dengan takdir yang berbeda
Ada yang dikandung dengan kelaliman dan melahirkan dusta
Hinga menjadi tuan penguasa
Ada yang ditakdirkan untuk menjadi penghisap dan penindas
Terhadap kau-kaum yang lemah
Ada pula yang ditakdirkan menjadi rakyat jelata yang penuh bersahaja
/7/
Hidup dijakarta memang penuh perjuangan
Karena kita ditimpa oleh kepentingan-kepentingan para penguasa
Kita diinjak dan dihina, bahkan sampai dikucilkan
Hingga kau tak punya kawan sebaya untuk diajak bicara
Begitu kejamnya ibu kota jakarta
Belum lagi kita bicara soal ekonomi
Mungkin kau akan dipandang sebelah mata.
Karena hidup di jakarta, kau dipandang ketika memiliki rumah mewah dan
mobil mewah serta hal yang paling rendah, ketika kau memakai kalung emas yang
menghiasi leher mu yang penuh keriput dan kusam
/8/
Wahai, engkau seorang pemulung
Dengarlah, dibalik hati kecil mu dan membayangkan betapa perihnya hidup
mu
Engkau adalah pahlawan
Meskipun engkau sering di kucilkan
Jangan kau perdulikan!
Hidup mu lebih istimewa dan sempurna
Kerimbang mereka yang hidup tukang korupsi, mereka yang penghisap dan
penindas
Janganlah kau kucilkan dirimu dihadapan mereka
Sebab, sampah yang terbuang dan terabaikan bisa kau sulap menjadi uang
Ketimbang mereka yang hanya menjadikan dirinya sampah masyarakat
Istana Kepresidenan, 29 Maret 2018
Posting Komentar